“Tiarap” Suara Muhammad Fuad Menggelegar Di GSG Unila

0
483

Ketika Allah menunjukkan kebesaran-Nya
dengan sebutir Corona
yang menyerang tak pilih bulu, tak pilih pejabat atau orang melarat
tak pilih profesor atau gelandangan kotor
maka dunia menjadi gempar
semua suara menjadi kira-kira
otak dan pikiran yang selama ini cemerlang
merasa cuma belalang
mak berani mengaku elang

Tokoh-tokoh dunia yang kemarin congkak dan gagah
kelihatan murung dan tidak berdarah
yang kemarin bicara berkobar-kobar
sekarang suaranya hambar

Padahal, Tuhan cuma mengirim
sezarrah debu tanpa suara yang terlepas dari ujung Alif-Nya
yang meledak dalam bisu lalu terbang
ke sana dan ke mana-mana
dunia seakan setengah porak poranda………………..

Suara Muhammad Fuad menggelegar membakar ingatan para tamu undangan Pengukuhan Guru Besar Universitas Lampung (Unila) di GSG Unila, Rabu (30/11/2022). Puisi berjudul “Tiarap” karangan D. Zawawi Imron yang dia bacakan saat orasi ilmiahnya sebagai Guru Besar Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, menggugah batin pendengar akan Kuasa yang Maha Esa.

Muhammad Fuad mengatakan, orang-orang yang sering berolah sastra, membaca puisi-puisi profetik, tidak akan sirna moralitas dan kemanusiaannya. Dalam buku orasi ilmiahnya, Muhammad Fuad membedah puisi-puisi karangan penyair ternama, diantaranya “Pada Suatu Hari Nanti” karya Sapardi Djoko Damono, “Tiarap” karya D. Zawawi Imron, serta “Bangsa Ini” dan “Bagaimana” karya K.H. A. Mustofa Bisri. Syair dari para penyair tersebut berisi nilai-nilai agung tentang moralitas dan kemanusiaan.

Diwawancara usai kegiatan pengukuhan, Prof. Muhammad Fuad mengatakan orasi ilmiahnya dilatarbelakangi oleh kondisi aktual saat ini, yaitu demoralisasi dan dehumanisasi. Dia mencontohkan kasus eks Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo yang melakukan perbuatan tidak bermoral dan tidak berperikemanusiaan dengan membunuh bawahannya, serta kasus suap yang dilakukan Hakim Agung Sudarajat Dimyati yang menambah panjang daftar panjang kasus suap di Mahkamah Agung.

“Coba kalau Pak Sambo itu membaca puisi-puisi seperti itu, ndak akan membunuh orang. Pak hakim agung kalau dia baca puisi profetik, puisi tentang kenabian yang pesan moralnya tinggi, pasti ia akan tersentuh hatinya. Itulah yang melatarbelakangi judul orasi ilmiah saya hari ini Jangan Lupa Berolah Sastra,” ujar Muhammad Fuad.

Menurut dia, kegiatan olah sastra di masyarakat harus lebih ditingkatkan lagi. Dia mengatakan, setiap hari nasional ada lomba-lomba baca puisi, cerita pendek, dan mendongeng. Ini adalah kegiatan-kegiatan yang bisa memanusiakan manusia, dan menjadi lebih bermoral.

“Banyak cerita-cerita lama yang nilai edukasinya banyak sekali. Saya kira ini perlu didorong untuk lebih bagus lagi sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang hebat karena punya moral yang hebat, kemanusiaan yang hebat,” tuturnya.

“Sehingga siapa pun Anda, baik pejabat atau pun rakyat, jangan lupa berolah sastra,” tutupnya.

Hari ini, Plt Rektor Unila, Mohammad Sofwan Effendi mengukuhkan 19 guru besar dari berbagai bidang ilmu. Dengan penambahan ini, maka total guru besar Unila mencapai 96 orang.

LEAVE A REPLY